Rabu, 31 Oktober 2012


GARAM MOHR

I.                   Tujuan
  •  Membuat garam mohr atau besi (II) ammonium sulfat (NH4)2Fe(SO4)2.6H2O
  •  Menentukan banyaknya air kristal dalam garam mohr hasil prcobaan
II.                Dasar Teori
Ada dua bijih besi yang terpenting yaitu : hematit (Fe2O3) dan magnetit (Fe3O4). Dan garam besi (II) yang terpenting adalah garam besi (II) sulfat yang dibuat dari pelarutan besi atau besi (II) sulfida dengan asam sulfat encer, setelah itu larutan disaring, lalu diuapkan ldan mengkristal menjadi FeSO4.7H2O yang berwarna hijau. Dalam skala besar garam ini dibuat dengan cara mengoksidasi perlahan-lahan FeS oleh udara yang mengandung air.
                                    Garam-garam besi (II) atau fero diturunkan dari besi (II) oksida, FeO dalam larutan. Garam-garam ini mengandung kation Fe2+ dan berwarna sedikit hijau. Ion besi (II) dapat mudah dioksidasi menjadi besi (III), maka merupakan zat pereduksi yang kuat. Semakin kurang asam larutan itu, semakin nyatalah efeknya dalam suasana netral atau basa bahkan oksigen dari atmosfer akan mengoksidasi ion besi (II). Maka larutan besi (II) harus sedikit asam bila ingin disimpan untuk waktu yang agak lama.
                 Garam besi (II) sulfat dapat bergabung dengan garam-garam sulfat dari garam alkali, membentuk suatu garam rangkap dengan rumus umum yang dapat digambarkan sebagai M2Fe(SO4)6H2O, dimana M merupakan simbol dari logam-logam, seperti K, Rb, Cs dan NH4. Rumus ini merupakan gabungan dua garam dengan anion yang sama atau identik yaitu M2SO4FeSO4.6H2O.
                 Untuk garam rangkap dengan M adalah NH4, yang dibuat dengan jumlah mol besi (II) sulfat dan ammonium sulfat sama, maka hasil ini dikenal dengan garam mohr. Garam mohr dibuat dengan mencampurkan kedua garam sulfat dari besi (II) dan ammonium, dimana masing-masing garam dilarutkan sampai jenuh dan pada besi (II) ditambahkan sedikit asam. Pada saat pendinginan hasil campuran pada kedua garam di atas akan diperoleh kristal yang berwarna hijau kebiru-biruan dengan bentuk monoklin. Garam mohr tidak lain adalah garam rangkap besi (II)ammonium sulfat dengan rumus molekul (NH4)2FeSO46H2O atau (NH4)2(SO4)26H2O.
                 Garam mohr, besi ammonium sulfat, merupakan garam rangkap dari besi sulfat dan ammonium sulfat dengan rumus molekul [NH4]2[Fe][SO4]2.6H2O. garam mohr lebih disukai dari pada besi (II) sulfat untuk proses titrasi karena garam mohr tidak mudah terpengaruh oleh oksigen bebas di udara/ tidak mudah teroksidasi oleh udara bebas dibandingkan besi (II).
                 Kristal adalah suatu padatan yang atom, molekul, atau ion penyusunnya terkemas secara teratur dan polanya berulang melebar secara tiga dimensi. Secara umum, zat cair meembentuk kristal ketika mengalami proses pemadatan. Pada kondisi ideal, hasilnya bisa berupa kristal tunggal, yang semua atom-atom dalam padatannya “terpasang” pada kisi atau struktur kristal yang sama, tetapi secara umum kebanyakan kristal terbentuk secara simultan sehingga menghasilkan padatan polikristalin. Struktur kristal mana yang akan terbentuk dari suatu cairan tergantung pada kimia cairannya sendiri, kondisi ketika terjadi pemadatan, dan tekanan ambien.proses terbentuknya struktur kristalin dikenal sebagai kristalisasi.

III.             Alat dan Bahan

*       Alat
·         Gelas piala
·         Gelas ukur
·         Neraca

*       Bahan
·         Serbuk besi atau paku
·         Asam Sulfat 10%
·         Ammonia pekat


IV.             Cara Kerja
Larutan A




Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjwYBaBOo-s_8L3F32EF2_YIjx4Re0ivWIUquXLWsAIKrepzt3vCn0-VtR93vQhczie3sH0gy95KdrPjDBacGzTC5Gy_ESGNEdLT8fY7UTwjxhDjSFgOg4o1bInK0dGtc5sRRtvnPN9f_o/s1600/mohr.png
Larutan B

Larutan A dan B



  
V.       Hasil Pengamatan

Larutan A
No
Perlakuan
Hasil Pengamatan
1
Dilarutkan 3,5 gr besi dalam 100 ml asam sulfat 10 %, dipanaskan
Besi larut.
Larutan berwarna hijau
2
Disaring ketika larutan masih panas
Larutan berwarna hijau
3
Ditambahkan asam sulfat pada filtrat
Larutan berwarna hijau

Larutan B
No
Perlakuan
Hasil Pengamatan
1
Dinetralkan 50 ml asam sulfat 10 % dengan amoniak.
Diuapkan larutan
Larutan bening (sampai pH=7)


Larutan A dan B
No
Perlakuan
Hasil Pengamatan
1
Dicampurkan larutan A dan B ketika masih panas
Tidak Berbentuk kristal berwarna hijau dengan endapan putih.
2
Dipisahkan larutan dengan endapan yang terbentuk dengan kertas saring
Terbentuk kristal-kristal garam.
3
Ditimbang kristal yang diperoleh
7,25 gram

Berat garam mohr yang didapat dari percobaan sebesar = 7,25 gram.
VI.  Reaksi dan Perhitungan

Reaksi 
a)      Fe + H2SO4    →  FeSO+ H2O
      b)   2NH3 + H2SO4 → (NH4)2SO4
           c)  FeSO4 + (NH4)2SO4 + 6H2O → (NH4)2Fe(SO4)2.6H2O

P   Perhitungan
·         Massa kertas saring (b)                                                = 1,50 gram
·         Massa hasil penyaringan/kertas saring+kristal (a)       = 8,75 gram
·         Massa garam Mohr                                                      = a-b
= 8,75 – 1,50= 7,25 gram

·         Massa besi (Fe)                                                           = 3,5 gram
·         BM besi (Fe)                                                               = 55,85 gram/mol
·         BM garam Mohr                                                         = 392 gram/mol

·         mol Fe = mol garam Mohr                                          = massa Fe / BM Fe
= 3,5 / 55,85 = 0,063 mol
·      
     Massa garam Mohr (teori)                                      
     = mol garam Mohr x BM garam Mohr  0,063x392 = 24,096 gram


·        Kemurnian kristal                                                       
      =  (m garam mohr teori - m garam mohr perc. / m garam mohr teori )x 100%
      =  (24,096 - 7,25 / 24,096) x 100%
      =  70,64 gram

      VII. Pembahasan

Praktikum kali ini bertujuan untuk membuat garam mohr atau besi (II) ammonium sulfat serta menentukan banyaknya air kristal didalam percobaan yang dilakukan. Percobaan pembuatan  garam mohr diawali dengan membuat larutan A. Pada percobaan ini Larutan A dibuat dengan melarutkan serbuk besi 3,5 gram dalam 100 ml H2SO4 10 %. Serbuk besi melarut sedikit demi sedikit hingga warna pada serbuk besi menjadi abu-abu. Digunakannya asam sulfat dalam melarutkan serbuk besi karena asam sulfat merupakan pelarut yang mengandung proton yang dapat diionkan  dan berupa asam kuat atau lemah. Larutan tersebut dipanaskan sampai semua besi larut. Tujuan dilakukannya pemanasan adalah untuk mempercepat terjadinya reaksi sehingga hampir semua besi larut. Pemanasan dilakukan secara perlahan dengan api sedang agar tidak terjadi oksidasi pada besi (Fe) serta dapat menghilangkan gas Hdan mempercepat pembentukan ion Fe2+ yang ditandai dengan terbentuknya larutan berwarna kehijauan. 

Kemudian larutan tersebut disaring dalam keadaan panas dengan mengunakan kertas saring. Penyaringan dalam keadaan panas berfungsi untuk menghindari terbentuknya kistal pada suhu yang rendah. Kemudian ditambahkan 5 tetes H2SOke dalam filtrat tersebut sampai terbentuk kristal di permukaan larutan. Penambahan 5 tetes H2SOtersebut bertujuan untuk mengoksidasi logam Fe menjadi ion logam Fe2+. Larutan ini terus diuapkan dengan tujuan untuk mengurangi molekul air yang ada pada larutan. Percobaan ini manghasilkan garam besi (II) sulfat yang merupakan garam besi (II). Dalam larutan, garam-garam ini mengandung kation Fe2+ sehingga berwarna hijau.Namun dalam praktikum tidak terdapat pembentukan Kristal yang berasal dari filtrate yang telah ditambahkan 5 tetes H2SO4 serta diuapkan, hal ini terjadi karna Fe2+ tidak larut sempurna didalam pemanasannya atau proses melarutkannya.

Setelah didapatkan hasil garam besi (II) sulfat, percobaan dilanjutkan dengan membuat Larutan B. Pembuatan larutan B diawali dengan menetralkan 100 ml H2SO4 10% dengan amoniak (NH3), sehingga dihasilkan larutan (NH4)2SOdengan pH=7 (netral). Kemudian larutan ini diuapkan sampai jenuh (volume menjadi setengahnya) dengan tujuan untuk menguapkan NH3.

        Pembentukan kristal garam mohr dilakukan dengan cara mencampurkan larutan A dan B, kemudian didinginkan. Pendinginan dilakukan agar terbentuk kristal yang lebih halus. Pada pencampuran dari kedua larutan ini terbentuk kristal berwarna hijau. Untuk memperoleh garam Mohr yang murni dilakukan dengan melarutkan kembali garam Mohr yang diperoleh kedalam air panas. Lalu didinginkan kembali, sehingga diperoleh garam Mohr yang murni. Kristal garam Mohr ditimbang dengan neraca analitik  didapatkan sebesar 8,75 gram garam Mohr murni. Hasil ini terlebih dahulu dikurangi dengan massa kertas saring 1,50 gram sehingga massa garam Mohr bersih sebesar 8,25 gram. Hal ini sangat berbeda bila dibandingkan dengan berat teori dari garam Mohr yaitu 24,096 gram. Hal Ini disebabkan karena berbagai faktor diantaranya karena adanya zat-zat penganggu dari luar serta ketidak telitian dalam proses praktikum. Bentuk kristal garam mohr adalah monoklin dengan warna hijau muda. 

VIII. Kesimpulan
·    Campuran besi (II) sulfat dengan larutan amonium sulfat menghasilkan garam, yang disebut dengan garam mohr.
·         Garam Mohr yang didapat sebesar 9,05 gram dengan tingkat kemurniannya adalah sebesar 62,44  gram.

IX. Daftar Pustaka

Chalid, Sri Yadial. 2011. Penuntun Praktikum Kimia Anorganik. Jakarta : UIN Syarif                           Hidayatullah.
Cotton and Wikinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta : UI- Press.
Svehla, G. 1990. Vogel: Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro                            Bagian I. Jakarta : PT Kalman Media Pustaka.

X. Lampiran
1. Apa tujuan penambahan asam sulfat pada filtrat ?

Penambahan tersebut bertujuan untuk membuat larutan sedikit asam karena larutan tersebut bersifat basa dan kation Fe+ sangat mudah teroksidasi diudara bebes menjadi Fe3+, oksidasi ini dapat menyebabkan pembuatan garam Mohr menjadi terhambat.

2. Apa fungsi dari garam Mohr ?

         a)      Untuk membuat larutan baku Fe2+ bagi analisis volumetri.
         b)      Untuk meramalkan urutan daya mengoksidasi oksidator K2Cr2O7, KMnO4 dan KBrO3(dengan konsentrasi yang sama ~0,1 N) terhadap ion Fe2+.
        c)      Sebagai zat pengkalibrasi dalam pengukuran magnetik.


3. Tulis semua reaksi yang terdapat pada percobaan ini !
a)      Fe + H2SO4    →   FeSO+ H2O
b)      2NH3 + H2SO4 → (NH4)2SO4
c)      FeSO4 + (NH4)2SO4 + 6H2O → (NH4)2Fe(SO4)2.6H2O

Selasa, 30 Oktober 2012


Korosi besi
I.                   Tujuan
·         Mengamati perubahan / perkaratan besi
·         Mengamati proses oksidasi dan reduksi yang terjadi pada besi
II.                Dasar Teori
Korosi merupakan proses degradasi, deteorisasi, pengerusakan material yang disebabkan oleh pengaruh lingkungan sekelilingnya. Adapun prosesnya yakni merupakan reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai zat disekelilingnya tersebut. Dalam bahasa sehari – hari korosi disebut dengan perkaratan. Kata korosi berasal dari bahasa lain “Corrodere” yang artinya pengrusakan logam atau perkaratan. Jadi jelas korosi dikenal sangat merugikan. Korosi merupakan sistem termodinamika logam dengan lingkungannya, yang berusaha untuk mencapai kesetimbangan. Sistem ini dikatakan setimbang bila logam telah membentuk oksidasi atau senyawa kimia lain yang lebih stabil. Pencegahan korosi merupakan salah satu masalah penting dalam ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Besi adalah salah satu dari banyak jenis logam yang penggunaannya sangat luas dalam kehidupan sehari – hari. Namun kekurangan dari besi ini adalah sifatnya yang sangat mudah mengalami korosi. Padahal besi yang telah mengalami korosi akan kehilangan nilai jual dan fungsi komersialnya. Ini tentu saja akan merugikan sekaligus membahayakannya. Berdasarkan dari asumsi tersebut, percobaan ini difokuskan dalam upaya pencegahan terjadinya peristiwa korosi ini khususnya pada besi. Selain itu pada percobaan ini akan diketahui logam – logam apa sajakah yang dapat menghambat terjadinya korosi sesuai dengan sifat – sifat kimianya.
Besi merupakan logam yang menempati urutan kedua dari logam – logam yang umum terdapat pada kerak bumi. Besi cukup reaktif, besi bila dibiarkan diudara terbuka untuk beberapa lama mengalami perubahan warna yang lazim disebut perkaratan besi. Proses perubahan besi menjadi besi berkarat merupakan reaksi redoks yang melihat oksigen :
Fe (s) + O                         Fe2O3
Faktor yang berpengaruh terhadap korosi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu yang berasal dari bahan itu sendiri dan dari lingkungan. Faktor dari bahan meliputi kemurnian bahan, struktur bahan, bentuk kristal, unsur- unsur kelumit yang ada dalam bahan, teknik pencampuran bahan, dan sebagainya. Faktor dari lingkungan meliputi tingkat pencemaran udara , suhu, kelembaban, keberadaan zat-zat kimia yang bersifat korosif dan sebagainya. Bahan- bahan korosif (yang dapat menyebabkan korosi) terdiri atas asam, basa serta garam, baik dalam bentuk senyawa an-organik maupun organik. Penguapan dan pelepasan bahan- bahan korosif ke udara dapat mempercepat proses korosi. Udara dalam ruangan yang terlalu asam atau basa dapat mempercepat proses korosi peralatan elektronik yang ada dalam ruangan tersebut.
Flour, hidrogen fluorida beserta persenyawaan- persenyawaannnya dikenal sebagai bahan korosif. Dalam industri, bahan ini umumnya dipakai untuk sintesa bahan – bahan organik. Ammoniak (NH3) merupakan bahan kimia yang cukup banyak digunakan dalam kegiatan industri. Pada suhu dan tekanan normal, bahan ini berada dalam bentuk gas dan sangat mudah terlepas ke udara. Ammoniak dalam kegiatan industri umumnya digunakan untuk sintesa bahan organik, sebagai bahan anti beku di dalam alat pendingin, juga sebagai bahan untuk pembuatan pupuk. Bejana- bejana penyimpan ammoniak harus selalu diperiksa untuk mencegah terjadinya kebocoran dan pelepasan bahan ini ke udara. Embun pagi saat ini umumnya menagndung aneka partikel aerosol, debu serta gas – gas asam seperti NOx dan SOx. Dalam batubara terdpat belerang atau sulfur (S) yang apabila dibakar berubah menjadi oksida belerang.
Masalah utama berkaitan dengan peningkatan penggunaan batubara adalah dilepaskannya gas – gas polutan seperti oksida nitrogen (NOx) dan oksida belerang (SOx). Walaupun sebagian besar pusat tenaga listrik batubara telah menggunakan alat pembersih endapan (presipitator) untuk membersihkan partikel- partikel kecil dari asap batubara, namun NOx dan SOx yang merupakan senyawa gas dengan bebasnya naik melewati cerobong dan terlepas ke udara bebas. Di dalam udara, kedua gas tersebut dapat berubah menjadi asam nitrat (HNO3) dan asam sulfat (H2SO4).
Oleh sebab itu, udara menjadi terlalu asam dan bersifat korosif dengan terlarutnya gas- gas asam tersebut di dalam udara. Udara yang asam ini tentu dapat berinteraksi dengan apa saja, termasuk komponen – komponen renik di dalam peralatan elektronok. Jika hal itu terjadi, maka proses korosi tidak dapat dihindari lagi. Korosi yang menyerang piranti maupun komponen – komponen elektronika dapat mengakibatkan kerusakan bahkan kecelakaan. Karena korosi ini maka sifat elektrik komponen – komponen elektronika dalam komputer, televisi, radio, jam digital, dan sebagainya menjadi rusak. Korosi dapat menyebabkan terbentuknya lapisan non- konduktor pada komponen elektronik.
Oleh sebab itu, dalam lingkungan dengan tingkat pencemaran tinggi, aneka barang mulai dari komponen elektronika renik sampai jembatan baja semakin mudah rusak, bahkan hancur karena korosi. Dalam beberapa kasus, hubungan pendek yang terjadi pada peralatan elektronik dapat menyebabkan terjadinya kebakaran yang menimbulkan kerugian bukan hanya dalam bentuk kehilangan atau kerusakan materi, tetapi juga korban nyawa.
III.             Alat dan bahan
Alat :
·         Gelas piala 250m
·         Cawan petri
·         Batang pengaduk
·         Penanggas air
·         Paku
Bahan :
·         Larutan NaCl
·         Agar – agar
·         K3(Fe(CN)6)
·         Fenolftalin
·         Larutan HCl
·         Larutan NaOH
IV.             Cara kerja
-          Disediakan 6 paku beton berukuran sama besar, dibersihkan.
-          Dimasukkan paku beton kedalam masing-masing cawan petri
-          Dimasukkan satu bungkus agar-agar + aquades 210ml kedalam gelas piala 250ml dipanaskan diatas penanggas air
-          Dituangkan hasil adonan agar- agar panas sebanyak 35ml kedalam masing- masing cawan petri hingga menutupi seluruh paku
-          Ditambahkan 3,6ml K3(Fe(CN)6), HCl, NaCl, NaOH,PP di masing- masing cawan petri
-          Diamati dan dicatat apa yang terjadi selama 30 menit, 1 jam, 2 jam, dan 24 jam.
V.                Reaksi dan Hasil Percobaan

Waktu
Kontrol
Kontrol + PP
Kontrol + K4(Fe(CN)6)
Kontrol + HCl
Kontrol + NaOH
Kontrol + NaCl
P. Baja
30 Menit
Tetap
Tetap dan warna agar ungu
Tetap dan warna agar coklat
Tetap dan ada gelembung
Tetap dan warna agar kuning
Tetap
P. Payung Besar
Tetap
Tetap dan warna agar ungu
Tetap dan warna agar coklat
Tetap dan ada gelembung
Tetap dan warna agar kuning
Tetap
P. Beton Besar
Tetap
Tetap dan warna agar ungu
Tetap dan warna agar coklat
Tetap dan ada gelembung
Tetap dan warna agar kuning
Mulai Korosi
P. Payung Sedang
Tetap
Tetap dan warna agar ungu
Tetap dan warna agar coklat
Tetap dan ada gelembung
Tetap dan warna agar kuning
Tetap
P. Beton Kecil
Tetap
Tetap dan warna agar ungu
Tetap dan warna agar coklat
Tetap dan ada gelembung
Tetap dan warna agar kuning
Tetap
P. Payung Kecil
Tetap
Tetap dan warna agar ungu
Tetap dan warna agar coklat
Tetap dan tdk bergelembung
Tetap dan warna agar kuning
Tetap
Jarum Pentul
Tetap
Tetap dan warna agar ungu
Tetap dan warna agar coklat
Tetap dan tdk bergelembung
Tetap dan warna agar kuning
Tetap
P. Baja
1 Jam
Tetap
Tetap dan warna agar ungu
Tetap dan warna agar coklat
Tetap dan ada gelembung
Tetap dan warna agar kuning
Tetap
P. Payung Besar
Tetap
Tetap dan warna agar ungu
Tetap dan warna agar coklat
Tetap dan ada gelembung
Tetap dan warna agar kuning
Tetap
P. Beton Besar
Tetap
Tetap dan warna agar ungu
Tetap dan warna agar coklat
Korosi
Tetap dan warna agar kuning
Mulai Korosi
P. Payung Sedang
Tetap
Tetap dan warna agar ungu
Tetap dan warna agar coklat
Tetap dan ada gelembung
Tetap dan warna agar kuning
Tetap
P. Beton Kecil
Tetap
Tetap dan warna agar ungu
Sedikitberjamur
Tetap dan ada gelembung
Tetap dan warna agar kuning
Tetap
P. Payung Kecil
Tetap
Korosi
Tetap dan warna agar coklat
Tetap dan tdk bergelembung
Tetap dan warna agar kuning
Mulai Korosi
Jarum Pentul
Tetap
Tetap dan warna agar ungu
Tetap dan warna agar coklat
Tetap dan tdk bergelembung
Tetap dan warna agar kuning
Tetap
P. Baja
2 Jam
Tetap
Tetap dan warna agar ungu
Tetap dan warna agar coklat
Tetap dan ada gelembung
Tetap dan warna agar kuning
Tetap
P. Payung Besar
Tetap
Tetap dan warna agar ungu
Tetap dan warna agar coklat
Tetap dan ada gelembung
Tetap dan warna agar kuning
Tetap
P. Beton Besar
Tetap
Korosi
Sedikitberjamur
Korosi
Tetap dan warna agar kuning
Mulai Korosi
P. Payung Sedang
Tetap
Tetap dan warna agar ungu
Tetap dan warna agar coklat
Tetap dan ada gelembung
Tetap dan warna agar kuning
Tetap
P. Beton Kecil
Tetap
Korosi
Sedikitberjamur
Tetap dan ada gelembung
Tetap dan warna agar kuning
Tetap
P. Payung Kecil
Tetap
Korosi
Tetap dan warna agar coklat
Tetap dan tdk bergelembung
Tetap dan warna agar kuning
Mulai Korosi
Jarum Pentul
Tetap
Tetap dan warna agar ungu
Tetap dan warna agar coklat
Tetap dan tdk bergelembung
Tetap dan warna agar kuning
Tetap
P. Baja
3 Hari
Tetap 
Tetap dan warna agar ungu
Tetap dan warna agar coklat
Bergelembung 
Tetap dan warna agar kuning
 Tetap
P. Payung Besar
 Tetap
Tetap dan warna agar ungu
Tetap dan warna agar coklat
Bergelembung
Tetap dan warna agar kuning
 Tetap
P. Beton Besar
 Korosi
Korosi 
Berjamur 
Korosi
Korosipdpangkalpaku 
 Korosi
P. Payung Sedang
 Tetap
Tetap dan warna agar ungu
Tetap dan warna agar coklat
Bergelembung
Tetap dan warna agar kuning
 Tetap
P. Beton Kecil
 Korosi
 Korosi
Berjamur 
Bergelembung
Korosipdpangkalpaku 
 Korosi
P. Payung Kecil
 Korosi
 Korosi
Tetap dan warna agar coklat
Tetapdantdkbergelembung
Tetap dan warna agar kuning
 Korosi
Jarum Pentul
 Tetap
Tetap dan warna agar ungu
Tetap dan warna agar coklat
Tetap dan tdk bergelembung
Tetap dan warna agar kuning
 Tetap

Reaksi :
Proses korosi dalam suasana basa :

Proses korosi dalam suasana asam :

VI.             Pembahasan
      Pada percobaan kali ini, praktikan melakukan percobaan tentang korosi besi dengan tujuan agar praktikan mampu mengamati perubahan atau perkaratan besi dan mampu mengamati proses oksidasi dan reduksi yang terjadi pada besi.pada percobaan ini digunakan bahan dasar logam besi yakni paku. Paku digunakan karena logam ini sangat luas dan korosi pada logam ini sangat utama. Paku merupakan salah satu bahan yang sangat mudah teroksidasi oleh oksigen yang ada diudara bebas. Dimana oksigen akan membentuk lapisan oksida melapisi permukaan logam, tetapi oksida logam besi ini mempunyai pori-pori sehingga mudah ditembus oleh oksigen atau uap air. Dengan demikian, keadaan ini memungkinkan reaksi oksidasi secara berkelanjutan pada bagian awal lapisan oksida yang telah terbentuk sebelumnya. Demikian seterusnya sampai semua logam besi teroksidasi , menyebabkan perubahan bentuk yang gembur dan keropos, yang pada akhirnya akan mengurangi bahkan merusak penampilan dan kekuatan logam besi tersebut. Paku yang digunakanpun bermacam-macam yaitu paku baja, paku payung besar, paku beton besar, paku payung sedang, paku beton kecil, paku payung kecil, dan jarum pentul.
      Pada percobaan ini digunakan agar-agar yang berfungsi sebagai medium indikator, juga digunakan untuk mengetahui tempat-tempat reaksi anoda dan katoda terjadi. Terlebih dahulu, agar-agar dilarutkan kedalam air mendidih karena agar-agar tidak dapat larut dalam air dingin.setelah dilarutkan, agar-agar tersebut dimasukkan ke dalam 6 gelas piala.setelah itu, 7macam paku tersebut dimasukkan ke dalam gelas piala yg telah diisi oleg agar- agar dan paku tersebut dalam keadaan tenggelam. Kemudian gelas piala pertama hanya berisi agar-agar, hal tersebut karena gelas piala pertama digunakan sebagai kontrol, gelas piala kedua ditambahkan 3,6 ml indikator PP, gelas piala ketiga ditambahkan 3,6ml K4(Fe(CN)6), gelas piala keempat ditambahkan 3,6ml HCl, gelas piala kelima ditambahkan 3,6ml NaOH, dan gelas piala keenam ditambahkan 3,6ml NaCl.
      Saat keadaan 30 menit, hanya ada satu paku yang mulai mengalami korosi yaitu pada paku beton besar dalam gelas piala keenam yang berisi kontrol dan NaCl. Saat keadaan 1 jam, paku beton besar dalam gelas piala keempat berisi kontrol dan HCl telah mengalami korosi sedangkan pada paku beton besar dan paku payung kecil dalam gelas piala keenam yang berisi kontrol dan NaCl mulai mengalami korosi. Saat keadaan 2 jam, paku beton besar dan paku payung kecil dalam gelas piala kedua yang berisi kontrol dan PP telah mengalami korosi. Paku beton besar dalam gelas piala keempat berisi kontrol dan HCl telah mengalami korosi. Paku payung kecil dan paku beton besar pada gelas piala keenam berisi kontrol dan NaCl mulai mengalami korosi. Saat keadaan 3 hari, paku beton besar, paku beton kecil, dan paku payung kecil dalam gelas piala pertama sebagai kontrol mengalami korosi. Paku beton besar, paku beton kecil, dan paku payung dalam gelas piala kedua berisi kontrol dan PP telah mengalami korosi. Paku beton besar dan paku beton kecil dalam gelas piala ketiga yang berisi kontrol dan K4(Fe(CN)6) hanya berjamur. Paku beton besar pada gelas piala keempat berisi kontrol dan HCl mengalami korosi. Paku beton kecil dan beton besar dalam gelas piala kelima yang berisi kontrol dan NaOH telah mengalami korosi. Paku beton besar, paku beton kecil, dan paku payung dalam gelas piala keenam berisi kontrol dan NaCl telah mengalami korosi.
      Paku yang berada di dalam gelas piala pertama memerlukan waktu 3 hari untuk dapat mengkorosi paku-paku tersebut, karena paku tertutup dengan lapisan agar-agar sehingga udara sulit untuk  masuk dan  menyebabkan paku tersebur korisi. Paku yang berada di dalam gelas piala kedua umumnya terdapat warna ungu di dalam agar-agar tersebut. Warna ungu tersebut menunjukkan terjadinya reduksi pada karat dan menyebabkan sulit untuk mengalami korosi. Paku yang berada di dalam gelas piala ketiga umunya berwarna coklat. Warna coklat tersebut menunnjukkan terjadinya oksidasi pada paku. Paku yang berada di dalam gelas piala keempat mudah untuk mengalami korosi karena besi akan lebih mudah teroksidasi dalam keadaan asam. Paku yang berada di dalam gelas piala kelima dapat mengalami korosi namun memerlukan waktu yang lama. Paku yang berada di dalam gelas piala keenam dapat mengalami korosi dan penambahan NaCl berfungsi sebagai jembatan garam yang dapat dinetralkan. Berdasarkan hasil pengamatan , dapat dilihat bahwa potensial korosi dalam suasana asam lebih besar dibandingkan dalam suasana basa sehingga reaksi korosi akan lebih cepat berlangsung dalam lingkungan asam selain itu pada reaksi asam diperoleh hasil karat besi dan ion H+  yang mempercepat korosi. Sedangkan pada basa, korosi dapat terjadi namun memerlukan waktu yang relatif lama.
VII.          Kesimpulan
·         Paku lebih cepat mengalami korosi dalam keadaan asam
·         Proses oksidasi terjadi pada paku yang ditambahkan indikator K4(Fe(CN)6)
·         Proses reduksi terjadi pada paku yang ditambahkan indikator PP
·         Fungsi penambahan NaCl sebagai jembatan garam.
VIII.       Daftar pustaka
Oxtoby,D.W.,Gillis, H.P. dan Nachtrieb, N. H., 1999, Kimia Modern. Jakarta:             Erlangga
Purba,Michael.2006.Kimia 3.Jakarta:Erlangga
Vogel, Arthur Israel.1979. Textbook of Macro and Semimicro Qualitative Inorganic Analysis. Revised by G.Shevla.Fifth Edition. London : Longman Group Limited