Kamis, 10 Januari 2013

PEMBUATAN TAWAS


PEMBUATAN TAWAS ALUMUNIUM DAN PENGUJIAN TAWAS

PEMBUATAN TAWAS ALUMUNIUM
I.                TUJUAN
-Untuk mengetahui proses pembuatan tawas aluminium dalam laboratorium.
-Untuk mengetahui proses sintesis tawas aluminium dalam industri.
-Untuk mengetahui manfaat dari penggunaan tawas aluminium.

II.            DASAR TEORI
Lingkungan hidup adalah semua benda yang hidup (biotik) dan yang tidak hidup (abiotik) serta kondisi yang ada dalam ruang yang kita tempati. Antara manusia dan lingkungan terdapat hu ungan timbal balik, manusia mempengaruhi lingkungannya begitu juga sebaliknya. Jika lingkungan tercemar maka manusia akan merasakan dampaknya. Persoalan lingkungan yang ada hampir selalu ditimbulkan oleh ulah manusia dan kegiatan produksi yang dilakukannya. Kedua aktivitas ini merupakan sumber pencemaran lingkungan karena menggunakan dan menghasilkan zat atau bahan yang berbahaya yang tidak dapat di daur ulang (Nurhasmawaty, 2004).
Kegiatan produksi selain menghasilkan produk yang mempunyai nilai ekonomi juga menghasilkan limbah, berupa limbah padat, cair maupun gas. Limbah-limbah tersebut akan menyebabkan pencemaran lingkungan meliputi pencemaran air, pencemaran udara, dan pencemaran tanah.
Pencemaran tanah dapat terjadi akibat penggunaan pupuk secara berlebihan, penggunaan pestisida dan pembuangan limbah yang tidak dapat terurai. Saat ini banyak dijumpai limbah yang tidak dapat diurai seperti plastik, karet, kaleng, dan botol, karena manusia cenderung menginginkan kemudahan dan keindahan dalam hidupnya. Botol minuman dibuat dari kaleng dan plastik agar ringan dan tidak pecah bila terjatuh. Menjinjing makanan lebih menarik dan bersih dengan kantong plastik daripada dibungkus dengan daun pisang atau daun jati. Penggantian bahan-bahan tersebut dari segi ekonomi lebih menguntungkan tetapi jika dilihat dari dampak lingkungan hal tersebut merugikan karena akan menambah jumlah limbah yang tidak dapat diurai. Akibatnya pencemaran lingkungan semakin bertambah (Tejoyuwono, 2006).
Limbah merupakan konsekuensi dari adanya aktifitas manusia karena setiap aktifitas manusia cenderung menghasilkan limbah atau buangan. Jumlah/volume sampah sebanding dengan tingkat konsumsi manusia terhadap
barang/material yang digunakan sehari-hari. Salah satu limbah yang banyak ditemukan di lingkungan adalah limbah kaleng. Jika disebutkan satu per satu banyak sekali limbah kaleng yang dihasilkan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Proses daur ulang akan menghemat energi dan eksploitasi sumber daya alam sekaligus mengurangi timbunan sampah di TPA (Pahlano, 2007).
Selain untuk mengurangi pencemaran lingkungan dan timbunan sampah di TPA, proses daur ulang juga dapat menambah nilai ekonomis dari limbah kaleng terutama recovery dari logam-logam seperti aluminium, seng, timah, atau besi. Dugaan kuat bahwa beberapa kaleng bekas mengandung aluminium dengan kadar yang bervariasi, mengingat aluminium mempunyai sifat tahan korosi, ringan dan mudah di dapat sehingga memungkinkan untuk dijadikan bahan baku kaleng. Kandungan aluminium dalam kaleng bekas juga memberi peluang untuk diolah menjadi bahan koagulan penjernih air (tawas) atau bahan dalam deodorant. Daya koagulasi tawas yang di dapat akan di bandingkan dengan tawas dari pasaran dengan metode turbidimetri. Mengingat banyaknya minuman ringan yang diproduksi dan menggunakan kemasan kaleng serta dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan, maka diperlukan penelitian terhadap kandungan aluminium dari beberapa jenis kaleng minuman ringan. Kaleng bekas minuman ringan yang mengandung aluminium selanjutnya diolah menjadi bahan koagulan penjernih air (tawas).

III.          ALAT DAN BAHAN


 Alat:                                                                              
-Erlenmeyer                             
-Gelas beaker
-Gelas Ukur
-Gunting
-Amplas
-Batang Pengaduk
-Corong
-Turbidimeter varian DMS 80 UV visible spektrofotometer dan spektrofometer serapan atom AA-6200

 Bahan:

-KOH 20%
-Accu Zur
-Etanol 50%
-AlCl3
-Aquadest
-NaOH 10%
-Soda Api 25%
-3 Kaleng bekas

IV.         Cara Kerja







V.  Hasil Pengamatan.
                   Berat alumunium foil : 1 gram
                  Berat kertas saring : 0,64 gram
                  Berat tawas yang dihasilkan : 5 gram
                  Berat tawas murni yang dihasilkan: 10,4453 gram

Hasil pengujian tawas
Tawas yang dihasilkan ditambahkan ke dalam limbah dengan kekeruhan 71 FTU dan setelah itu hasil yang di dapatkan tingkat kekeruhannya menurun menjadi 49 FTU

VI. Pembahasan.
Tawas dapat dibuat dari logam Al yang kemudian dilarutkan kedalam KOH dan seterusnya direaksikan dengan asam sulfat yang akan menghaislkan endapan. Pada praktikum kali ini kita menggunakan Alumunium foil yang sejatinya hanya dapat sigunakan sekali saja dan setelah itu akan menjadi limbah. Dengan kata lain kita dapat memanfaatkan limbah alumunium foil menjadi tawas yang bermanfaat dan memiliki nilai jual di industri.
Proses awal pembuatan tawas adalah dengan memotong kecil kecil alumunium foil yang hendak dipakai, dengan tujuan agar reaksi yang terjadi antara alumunium foil dan KOH berlangsung lebih cepat karena salah satu faktor yang dapat memepengaruhi laju reaksi adalah luas permukaan. Semakin besar luas permuaan maka semakin cepat pula reaksi itu berlangsung.
Reaksi antara Asam sulfat dan alum menghasilkan kalor sebesar 610C. karena reaksi yang berlangsung adalah reaksi eksoterm.Tawas yang diperoleh kemudian dicuci dengan larutan etanol yang bertujuan untuk menyerap kelebihan air dan mempercepat pengeringan.
Tawas yang berkualitas baik memiliki ciri-ciri berbentuk bongkahan dan tidak berwarna (bening). Namun hasil tawas yang kami dapatkan pada percobaan tidak berkarakteristik seperti yang telah disebutkan. Berdasarkan percobaan, tawas yang terbentuk berbentuk serbuk menggumpal yang berwarna putih.
Dari hasil pengujian tawas didapatkan penurunan kekeruhan dari limbah sehingga dapat dikatakan tawas yang dibuat dapat digunakan untuk menjernikan air.

VII. Kesimpulan.
Ø  Berat tawas kasar yang dihasilkan dari praktikum sebesar 5 gram.
Ø  Berat tawas murninya sebesar 10,4453 gram.
Ø  Pencucian tawas dengan menggunakan ethanol berfungsi untuk memurnikan tawas hingga menghasilkan tawas yang murni.
IX.       

IX.          DAFTAR PUSTAKA

http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/j-kim-4-2-10.pdf diakses pada tanggal 28 Oktober 2012
         Cotton dan Wilkinson., 1989, Kimia Anorganik Dasar, Penerbit UI Press, Jakarta, h.             287-288
          Achmad, H., 1992, Kimia Unsur dan Radio Kimia, Penerbit PT Citra Aditya Bakti,            Bandung,  85-87